Bicara harga mobil bekas di bawah 50 juta, biasanya orang akan membayangkan mobil-mobil tahun 90-an yang sudah berumur dan teknologinya ketinggalan zaman. Padahal, dengan harga sama, ada pilihan mobil-mobil yang kondisinya lebih layak, produksi di atas tahun 2000-an.
Mobil-mobil yang Otospector rekomendasikan kali ini umumnya hadir dalam dimensi yang compact, baik jenis hatchback, MPV, maupun sedan. Dengan harga yang sangat kompetitif, tentu mobil-mobil ini cocok untuk keluarga kecil dengan kebutuhan harian yang amat beragam.
Mari kita simak 5 rekomendasi mobil bekas di bawah 50 juta yang masih layak dimiliki dari Otospector:
Sebagai hatchback produksi Chevrolet, desain Aveo tentu saja tidak mengecewakan, baik interior maupun eksterior. Dimensinya boleh dibilang ideal, tidak terlalu besar namun tetap terasa lega bagi empat penumpangnya.
Mobil yang diluncurkan pertama kali tahun 2002 dan hadir dalam dua varian (LT dan LS) sangat cocok sebagai penunjang aktivitas di perkotaan yang padat dan sibuk. Apalagi ada catatan positif yang diberikan untuk kelengkapan fitur bagi mobil di kelasnya, serta kenyamanan suspensi yang cukup baik.
Dengan mesin 1.5 liter, poin negatifnya ada pada konsumsi BBM yang termasuk boros yakni 1 : 5-8 km untuk pemakaian dalam kota. Selain itu, suku cadang juga tidak mudah didapatkan di pasaran, selain jaringan servis yang minim pasca hengkangnya pihak APM.
Tidak salah kalau city car dari Suzuki ini sudah jadi salah satu legenda jalanan. Dengan desain yang unik (serba kotak), Karimun punya keunggulan dalam kapasitas kabin. Karimun terasa sangat lega untuk empat penumpang, beserta barang bawaan sekaligus.
Keunikan lainnya, dengan mesin berkapasitas 1.0 liter 4 silinder segaris 8 katup SOHC, Karimun punya tenaga 54 HP pada 5.500 RPM. Spesifikasi ini dirasa sangat cukup untuk menunjang kebutuhan di perkotaan yakni lincah dan gesit di tengah kepadatan. Tapi tentu kita tidak bisa berharap banyak saat di luar kota.
Dengan segala keunggulannya, wajar kalau sampai hari ini mobil yang muncul dalam 2 varian (GX & DX) ini tetap diminati bahkan dicari orang. Harganya juga cenderung stabil untuk mobil yang sudah cukup berumur.
Dari sisi desain, Toyota Vios generasi pertama ini merupakan penyempurnaan dari pendahulunya, Toyota Soluna. Meski terkesan minimalis, baik sisi eksterior maupun interior, tampilannya seolah tidak tergerus zaman dan senantiasa menawan.
Meski bentukannya sedan, namun karena sejak awal ditujukan untuk segmen menengah, kita tidak bisa berharap banyak. Apalagi Vios generasi pertama ini, semua dibuat serba standard, mulai dari material dashboard, speedometer, tombol-tombol, jok, setir, doortrim, sampai head unit. Poin plus barangkali ada pada pemakaian ABS sebagai fitur penunjang keselamatan.
Harus diakui, banyak orang melirik Vios yang hadir dalam 2 varian (E & G) ini lantaran nama besar Toyota di belakangnya. Layanan purnajual dan spare part yang berlimpah (karena pernah jadi armada taksi), membuat orang semakin yakin meminangnya.
Alasan keberadaan Hyundai Getz hingga bisa dirakit di Indonesia ternyata berawal dari kesuksesan di negeri asalnya, Korea Selatan. Getz yang merupakan produk tersukses Hyundai kala itu dianggap mampu bersaing di pasar hatchback yang terus tumbuh.
Mencermati sosok Getz segera akan mengingatkan kita pada Suzuki Karimun, karena kabinnya yang memberi kesan lapang pada penumpang. Getz memang dianggap jadi alternatif lebih baiknya dari Karimun lantaran kapasitas mesinnya yang lebih besar (1.300 cc). Dengan isi silinder lebih besar, tarikannya tentu lebih bertenaga.
Beberapa catatan minus untuk Getz yang hadir hanya dalam 1 tipe ini (GL – matic/manual) tidak lepas dari faktor harga dan konsekuensinya. Kualitas material interior, minimnya fitur multimedia dan fitur keselamatan, serta sempitnya bagasi untuk barang langsung bisa dirasakan seketika.
Awalnya KIA Carens hadir tahun 2000 dalam bentuk CBU dengan fitur yang cukup istimewa (untuk versi matic-nya) yakni ABS, tilt steering, cakram depan-belakang, dan sabuk pengaman di semua kursi penumpang. Baru pada awal 2004 muncul versi CKD dinamai Carens II. Dari sisi desain, ada banyak perbedaan antara Carens awal dan Carens II ini.
Dengan mesin berkapasitas 1.8 liter penghasil tenaga 130 dk pada 6.000 rpm, jelas terasa lebih bertenaga dibanding MPV asal Jepang zaman sekarang. Bahkan Carens sering dibandingkan dengan kelas di atasnya seperti Hyundai Trajet atau KIA Carnival yang notabene kelas big MPV. Poin plus lainnya terasa pada handling yang mirip sedan serta suspensi yang cukup baik.
Dengan harga di bawah Rp50 jutaan untuk sebuah MPV, Otofriends jelas harus cermat dalam memilih. Apalagi jaringan servis dan suku cadang cukup minim. Dengan kapasitas mesin yang lebih besar, bersiap juga untuk konsumsi BBM yang lebih boros.
Mengingat umur kendaraan tak lagi muda, jangan ragu untuk memanfaatkan jasa inspeksi mobil bekas Otospector yang akan melakukan pemeriksaan secara profesional sesuai standard nasional. Dengan inspeksi yang cermat, maka akan didapat mobil bekas yang sesuai harapan dan relatif tidak akan bermasalah di masa depan.
Bagikan