Setidaknya dalam 4 bulan terakhir, pasar jual-beli mobil bekas mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dealer atau showroom tampak kesulitan menjual barang-barang mereka, sementara para penjual mobil bekas perorangan kesulitan memasang harga yang wajar saat hendak menjual mobil mereka.
Dikutip dari Kompas.com, ada sebuah studi bertajuk Pasar Mobil Bekas Indonesia di Masa Normal Baru yang Survei yang melibatkan 895 responden dari berbagai unsur, yakni dealer, pembeli, dan penjual perseorangan membahas tuntas penurunan ini.
Dari survei yang berlangsung 17 Mei sampai 1 Juni 2020, ini bisa ditarik beberapa kesimpulan penyebab penurunan tersebut:
Penerapan PSBB memang ditujukan untuk mencegah penularan virus Corona di tengah wabah Covid-19. Namun ternyata kebijakan tersebut memukul bisnis di sektor otomotif, baik pembelian mobil baru maupun pasar mobil bekas.
Sebanyak 68 persen menyatakan, PSBB menyebabkan aktivitas dealer mobil bekas harus terhenti. Sementara 36 persen responden menyatakan pembeli juga enggan datang saat pembatasan sosial tersebut.
Tidak adanya pengunjung tentu saja membuat para pedagang berpikir keras. Namun sejauh ini tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali menunggu situasinya berangsur-angsur normal kembali.
Wabah Covid-19 rupanya juga membuat perekonomian menjadi semakin sulit. Hal ini membuat konsumen memutuskan untuk menunda membeli mobil bekas, dan memilih untuk mengalihkan dananya.
Dari studi, sebanyak 59 persen pembeli mengaku kehilangan penghasilan saat wabah. Sedangkan 80 persen pembeli memutuskan untuk menunda pembelian karena memiliki keperluan lain yang lebih mendesak.
Ketidakpastian perekonomian akibat adanya wabah, memang membuat orang cenderung untuk menahan konsumsi barang. Mereka memilih untuk menyimpan uangnya atau berinvestasi untuk mengantisipasi kondisi yang tidak bisa diprediksi.
Di tengah situasi perekonomian yang sulit, lembaga-lembaga pembiayaan juga mengambil keputusan untuk memperketat pemberian kredit konsumsi, terutama untuk kendaraan. Hal ini menyurutkan keinginan calon pembeli untuk membeli mobil bekas.
Survei menyatakan, ada 60 persen pembeli telah gagal mendapat kredit. Sementara ada 44 responden yang mempertimbangkan lagi pembelian secara kredit.
Kredit kendaraan juga punya persoalan lain yakni tingginya angka DP kendaraan yang mencapai 50 persen. Jika ditotal dengan cicilan pertamanya, maka bisa mencapai 60 persen. Ada sejumlah lembaga pembiayaan yang menyediakan DP lebih rendah, tapi bunganya tetap lebih tinggi.
Sepinya permintaan membuat harga mobil bekas terdiskon cukup besar. Namun rupanya faktor harga ini tidak serta merta membuat pasar bergairah. Sekitar 50 persen berencana untuk melakukan pembelian mobil tahun depan saja. Sementara sisanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk belanja.
Sebanyak 5-10 persen responden menyatakan bahwa harga pasar sudah sangat turun. Sedangkan 60 persen menyebutkan, dealer sudah menurunkan harga pasar.
Di sisi lain banyak orang yang membutuhkan uang kemudian menjual aset kendaraannya. Tentu saja kondisi ini semakin membuat penawaran di pasaran semakin tinggi. Harga yang sudah terdiskon ikut tertekan oleh membanjirnya barang di pasaran.
Memasuki era New Normal yang sudah dimulai sejak akhir Juni, diperkirakan pasar mobil bekas mulai akan kembali bergairah. Pada saat pasar tengah dimulai seperti ini, dealer harga masih terdiskon cukup lumayan. Artinya peluang besar bagi calon pembeli untuk mendapatkan mobil bekas dengan harga terbaik.
Bagikan