Pakai bensin tidak sesuai RON jelas bukan hal yang bisa dibenarkan. Namun pada kenyataannya, ada sebagian orang yang melakukannya. Apalagi di tengah harga BBM yang belakangan naik cukup tinggi, ada saja yang mencoba menyiasati kondisi dengan memakai oktan yang lebih rendah, agar murah.
Secara teknis, pakai bensin tidak sesuai RON tentu menyalahi ketentuan dari pabrik sesuai dengan apa yang tertulis di buku manual kendaraan. Pemakaian bahan bakar memang tidak sembarangan, karena harus sesuai dengan kompresi mesinnya. Perinciannya adalah:
Kira-kira apa yang akan terjadi jika pengemudi nekat pakai bensin tidak sesuai RON. Berikut fakta-faktanya:
Pada dasarnya RON atau oktan adalah nilai kekuatan bensin terhadap tekanan sebelum terbakar dengan sendirinya. Nah, jika oktan bahan bakar yang digunakan lebih rendah dari yang dibutuhkan, maka ada potensi terjadi pre-ignition pada mesin.
Pre-ignition terjadi jika campuran udara dengan bahan bakar sudah terbakar sebelum busi menyala atau memercikkan api. Akibatnya mesin jadi ngelitik dan berpengaruh pada performanya.
Pemakaian bahan bakar yang lebih rendah oktannya membuat pembakaran kurang sempurna. Akibatnya timbul jelaga atau residu yang bisa memperpendek umur busi.
Memang tidak ada angka perhitungan yang pasti seberapa besar pengurangannya. Namun gambarannya, jika biasanya usia pakai busi sekitar 40.000 kilometer, akibat pemakaian bensin beroktan rendah, usia pakai bisa hanya tinggal setengahnya.
Berkurangnya usia dikarenakan adanya jelaga yang menutupi busi, sehingga busi sering overheat dan mempercepat matinya busi
Pemakaian bahan bakar beroktan lebih rendah juga akan menyebabkan ruang bakar kotor dan penuh kerak. Kondisi ini terjadi karena pembakaran tidak sempurna. Tenaga mesin juga akan berkurang karena banyak endapan karbon di ruang bakar.
Endapan karbon berasal dari sisa bensin yang tidak terbakar seratus persen. Tumpukan endapan karbon akan membuat performa mesin terus menurun seiring waktu. Lama-kelamaan, mesin akan mengalami kerusakan terutama di bagian piston, stang piston hingga klep.
Hati-hati, mobil-mobil berteknologi modern atau mobil mewah justru akan lebih cepat mengalami kerusakan dibandingkan dengan mobil yang lebih murah. Jika mobil biasa baru rusak dalam hitungan tahun, maka mobil mewah cukup beberapa bulan saja.
Akibat pemakaian bahan bakar beroktan lebih rendah adalah kerusakan Engine Control Unit (ECU). Perangkat ini diibaratkan sebagai jantung di dalam mobil sehingga jika sampai terganggu, maka mobil bisa tidak bekerja bahkan mesin tiba-tiba mati.
Kerusakan pada ECU, ditandai dengan menyalanya Engine Check. Kendaraan tidak mau digas dan mati. Ada juga yang cuma bisa dibawa beberapa kilometer saja, setelah itu mati. Andai bisa dihidupkan, maka akan mati lagi.
Solusinya tentu harus dibawa ke bengkel untuk perbaikan dan tidak memakai bensin rendah oktan lagi.
Ada dua faktor yang menentukan tingkat konsumsi BBM, yakni perilaku berkendara serta kondisi mesin. Kondisi mesin bisa sangat berpengaruh jika memang mesin sudah lama tidak diservis sehingga ada beberapa komponen yang terabaikan. Akibat kondisi itu, maka konsumsi BBM jadi boros.
Untuk memastikan kinerja mesin sebuah mobil bekas, jangan ragu untuk menggunakan jasa inspeksi mobil bekas Otospector.
Dengan prosedur inspeksi yang mendetail serta tenaga inspektor berpengalaman, Otofriends akan mendapat gambaran tentang kondisi sebuah mobil bekas secara keseluruhan.
Bagikan