Bagaimanapun juga, meski usia sudah tidak muda lagi, mobil sedan mewah tetap punya gengsi tersendiri. Bahkan jika dibandingkan dengan tipe-tipe mobil lain yang lebih mahal dan berfitur komplit sekalipun, seperti SUV atau MPV, sedan mewah tetap memancarkan kharismanya sebagai mobil berkelas.
Pandangan itu tak terkecuali untuk sedan-sedan mewah yang harganya sudah jauh terdepresiasi. Bahkan yang sudah setingkat atau di bawah mobil-mobil pilihannya konsumen entry level, seperti LCGC atau low MPV. Sedan mewah ini tetap punya wibawa tersendiri karena dianggap “mobilnya Pak Boss”.
Dengan budget yang sama dengan membeli mobil LCGC, kira-kira mobil sedan mewah apa yang bisa dibawa ke rumah:
Meski brand-nya sudah agak meredup, keberadaan Nissan Teana tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan justru karena kondisi itu pula, harga Teana jadi terdiskon cukup lumayan, lebih dari separuhnya! Dengan budget yang ada, Otofriends bisa mendapatkan mobil yang usianya baru 10 tahunan.
Sebagai produk yang menyasar segmen pasar premium, fitur-fitur Teana amat memadai dengan keberadaan keyless entry, comfort access, stability control, tirai belakang elektris, cruise control, sunroof, dan bahkan kompas di spion tengah. Tentu tidak mungkin fitur-fitur itu ada di mobil harga seratus jutaan sekarang.
Kalaupun ada kekurangan, itu justru timbul dari kelebihannya. Karena memakai mesin V6 2.5 liter, tenaga 180-an Hp, konsumsi BBM-nya bisa mencapai 5 km per liter dalam kota. Serta jangan kaget kalau pajaknya juga sampai Rp6 jutaan per tahun, mengingat asal-usulnya memang tergolong mobil yang cukup mevvah.
Penampilan Camry 2.4 V yang masuk dalam generasi keenam ini boleh dibilang sudah jauh lebih baik dibanding generasi-generasi sebelumnya. Bisa jadi karena sedan berkode XV40 ini pernah jadi mobil dinas para menteri dan pejabat RI. Tahun 2009, malah kembali mendapat penyegaran pada desain bumper dan lampu belakang LED.
Meski hadir juga dalam versi mesin V6 3.5 liter, namun versi mesin 2.4 liter lebih difavoritkan lantaran dianggap tidak terlalu “kebesaran”. Di antara sedan-sedan rekomendasi Otospector kali ini, mungkin Camry paling populer karena faktor brand Toyota yang memang sudah melegenda. Di luar itu, catatan positif hanya ada pada kenyamanan ruang kabin saja.
Ada satu lagi keistimewaan. Sejauh dirawat secara benar, maka kondisi mesin Camry dijamin tetap prima meski usianya di atas 10 tahun. Karena itu pastikan Otofriends mendapatkan unit dengan catatan servis yang jelas. Jangan ragu pula memanfaatkan jasa inspeksi mobil bekas Otospector untuk memastikan kondisi mobil seperti yang diharapkan.
Kehadiran Accord generasi kedelapan yang dirilis tahun 2008 ini, kabarnya merupakan jawaban Honda atas dua rivalnya yakni Camry dan Teana. All New Full Size Accord dijanjikan “lebih tebal, lebih besar, dan lebih baik”. Bukan hanya atas lawan-lawannya saja, bahkan ternyata juga terhadap generasi Accord sebelum dan sesudahnya.
Mobil berbodi melebar ini tersedia dalam mesin 2.4 liter (VTi dan VTi-L) dan 3.5 liter. Namun konsumen lebih condong ke 2.4 liter VTi-L karena dirasa cukup memadai, meski fiturnya lebih minim. Belakangan Honda juga mengeluarkan paket hemat Accord dalam versi transmisi manual, namun responsnya tak sebaik versi matic.
Bicara Accord, orang pasti akan memperbandingkannya dengan Camry. Secara spesifikasi teknis, keduanya mungkin ada pada level yang sama. Bedanya, Accord dinilai lebih fun to drive karena lebih terasa sporty, sementara Camry terasa nyaman jika Otofriends duduk di bangku belakang. Mau pilih duduk di mana?
Wajar jika ada sebagian orang tidak menyarankan menyentuh Mercy C-Class berkode W203. Memang ada berbagai faktor di baliknya, baik secara brand Mercedes kala itu sedang banyak diterpa isu negatif, maupun dari produknya sendiri. Yang jelas, memang banyak yang bisa dikritisi dari sisi built quality terutama pada kualitas material interiornya.
Namun apa boleh buat, W203 telanjur populer di Indonesia sebagai Mercy yang merakyat. Selain tangguh, spare part cukup banyak dan segalanya relatif terjangkau (termasuk pajak tahunannya!). Dimensinya juga kompak saat meliuk-liuk di lalu-lintas yang padat, tetapi konsekuensinya juga jangan terlalu berharap akan kelegaan kabin.
Khusus trim C240 ini, mesin berkode M112 yang karakternya merata di putaran atas dan bawah. Konsumsi BBM-nya juga cukup irit untuk ukuran mesin V6 2.6 L, yakni 6-7 km per liter dalam kota. Hanya yang perlu diperhatikan adalah beberapa fungsi yang sering bermasalah seperti ABS, traction control, dan sunroof.
Semua sedan menawarkan kenyamanan dan kemewahan, tapi tidak semua menantang untuk dikemudikan sendiri. E60 530i ini salah satu yang layak dicoba. Bodi bongsornya yang dipadu mesin M54B30 berkapasitas 3.0 L tenaga 228 Hp, terasa sangat mantap saat diajak berlari-lari kecil. Apalagi dengan kekedapan kabin yang terasa optimal.
Banyak orang bengkel merekomendasikan 530i keluaran sampai tahun 2005 saja, lantaran faktor mesin seri M54 yang tidak rewel. Agak beda dengan mesin seri N52, keluaran di atas 2005 yang meski tenaganya lebih besar, tapi kabarnya kurang andal.
Seperti umumnya BMW, masalah adalah seputar oli rembes di beberapa tempat. Ada pula masalah klasik lain yakni sistem pendinginan. Daerah tropis, cenderung membuat mobil-mobil Eropa ini rentan terhadap radiator bocor dan masalah ekstra fan. Problem lain adalah sensor-sensor elektrik yang juga ikutan error karena faktor usia kendaraan.
Mengingat mobil-mobil ini ada di segmen yang khusus dan populasinya tidak banyak, maka Otofriends harus sabar dan rajin memantau agar mendapatkan unit bekas yang terbaik. Pastikan juga mencarinya di dealer-dealer mobil bekas terpercaya rekanan Otospector, untuk mendapatkan mobil yang sudah terinspeksi dan bergaransi.
Bagikan