Bagi sebagian pemilik mobil, isu soal mobil “kuat nanjak” mungkin dianggap ga penting. Apalagi orang-orang yang tinggalnya di perkotaan, seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya; yang jalannya relatif landai. Makanya ketika sejumlah merek terkenal di Indonesia mengalihkan dari sistem RWD ke FWD, tidak terlalu banyak keberatan.
Akan tetapi kalau pemilik mobil tinggal di daerah pegunungan dengan kondisi alam yang naik-turun. Biasanya penduduk setempat menggunakan mobil yang mampu melewati tanjakan tanpa kehilangan tenaga dan malah bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Tentu di medan seperti ini dibutuhkan jenis mobil yang sesuai dengan kebutuhan.
Apa saja yang mesti diperhatikan untuk membuat mobil kuat di tanjakan? Yuk kita lihat fakta-faktanya.
Faktor penting untuk membuat mobil mampu menanjak dari sisi teknis adalah torsi kendaraan. Tenaga maksimum mobil memang ikut berpengaruh, namun faktor utamanya sebenarnya adalah torsi.
Tenaga atau daya mobil sebenarnya urusannya dengan kecepatan laju kendaraan itu. Sementara untuk menggerakkan mobil dari posisi diam serta kemudian mampu menanjak, faktor torsi-lah yang menentukan.
Maka tak heran jika mobil-mobil dengan torsi besar selalu unggul di medan menanjak. Begitu pula dengan pemakaian mesin tertentu seperti diesel yang memang mampu menghasilkan torsi besar karena faktor rasio kompresinya. Apalagi jika mobil sering dipakai untuk membawa misalnya 7 penumpang.
Karena itu pertimbangkan soal torsi yang besar ini dengan kebutuhan Otofriends, saat membeli mobil. Begitu juga dengan konsumsi bahan bakar yang bisa relatif murah jika menggunakan bahan bakar bersubsidi.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah ukuran roda yang sesuai kebutuhan. Misalnya pada mobil SUV, mobil ini memiliki ukuran roda paling pas, berkisar 17 inci.
Diameter roda harus sesuai agar bisa mendapat kecepatan optimal saat melaju, dan juga bisa untuk membuat kestabilan saat menanjak.
Jika roda cenderung lebih besar, mobil dapat melaju cepat tapi di tanjakan malah lambat. Sebaliknya jika roda cenderung kecil, maka saat jalan kencang akan banyak hambatan, sementara sifatnya kuat di tanjakan.
Sudah jamak orang tahu kalau mobil dengan sistem penggerak roda belakang (RWD) akan lebih kuat nanjak dibanding penggerak roda depan (FWD). Anggapan itu tidak salah.
Keunggulan RWD itu alasannya karena sistem penggerak bagian belakang akan mendorong mobil sehingga realatif kuat. Sementara sistem penggerak bagian depan yang sifatnya menyeret atau menarik jadi lebih berat.
Alasan lainnya, kendaraan RWD lebih bagus untuk menanjak karena ban belakang terjaga traksinya. Saat tanjakan, ban belakang mendapat bantuan beban dari kendaraan, sehingga terasa ringan di berbagai kondisi jalan. Terutama untuk mobil-mobil yang torsinya besar.
Otofriends harus menyadari: menanjak dengan mobil transmisi manual risikonya lebih besar. Sementara pengguna matik akan lebih tenang dan percaya diri, tentu saja hal ini memengaruhi kondisi psikologis.
Secara teori, transmisi matic lebih mudah melibas tanjakan. Sementara pada transmisi manual, jika tekniknya salah ada kemungkinan kampas kopling terbakar dan mobil gagal menanjak. Salah satu mobil yang sering mengalaminya adalah city car dan mobil keluarga.
Mobil matic bisa dikatakan unggul karena torsi mesin diatur ECU. Begitu juga faktor-faktor lain seperti sistem mesin, transmisi, dll. Sementara pada mobil manual faktor kelihaian pengemudinya menjadi sangat menentukan.
Apakah Otofriends tahu: dalam kondisi tanjakan, faktor teknis kendaraan hanya berpengaruh 40 persen? Sementara faktor kemampuan mengemudi justru lebih besar, yakni 60 persen. Faktor ini menjadi salah satu penyebab mobil gagal menanjak terbesar saat ini.
Saat hendak menanjak, dibutuhkan feeling dan reaksi, apalagi pada mobil transmisi manual. Perpindahan gigi, dan memperhitungkan gradien tanjakan untuk seberapa besar torsi dan tenaga, juga membutuhkan skill cukup.
Bisa terjadi dua mobil dengan spesifikasi yang sama, salah satunya bisa gagal menanjak karena faktor kemampuan pengemudi. Agar tidak membawa efek negatif pada mobil, maka faktor pengemudinya juga perlu diasah. Jika masih pemula maka rekomendasi mobilnya adalah yang matic.
Pertama-tama Otofriends harus menyadari bahwa transmisi matic memang mudah dipakai, tapi juga punya usia pakai lebih singkat dibanding manual. Jika ingin mencari jenis matic yang paling awet, sejauh ini matic konvensional adalah pilihannya, yakni dengan masa pakai sampai 8 tahunan.
Untuk mendapatkan mobil dengan transmisi yang sehat, jangan ragu menggunakan jasa inspeksi mobil bekas Otospector.
Para inspektor yang berpengalaman akan memeriksa kinerja sistem transmisi sehingga bisa diketahui kondisinya secara objektif. Dari hasil laporan inspeksi, calon pembeli akan memiliki gambaran tentang kondisi mobil secara keseluruhan.
Bagikan