Ada pendapat, mobil transmisi otomatis gampang dikendarai. Tinggal masukin gigi, injak pedal gas, lalu mobil akan jalan. Apalagi kalau ketemu sama jalanan macet. Tinggal gas-rem saja, mobil akan terus melaju. Tidak capek.
Tapi kenyatannya enggak selalu begitu. Bagi sebagian pengemudi mobil transmisi otomatis, terutama para pemula, bakal keringetan kalau ketemu jalan menanjak. Karena ada anggapan, mobil matik tidak akan sekuat mobil manual saat menanjak. Takutnya mobil bakal melorot turun.
Nah, biar makin paham, yuk kita pahami 6 tips berikut ini. Tapi harus diingat, metode ini berlaku untuk matic konvensional saja!
Harus dipahami, saat berada pada posisi D, transmisi matik akan memindahkan gigi secara otomatis berdasarkan putaran mesin. Pada kondisi jalan menanjak, putaran mesin meninggi. Padahal pada saat seperti rasio gigi seharusnya lebih rendah agar torsi mudah didapat.
Di tanjakan yang curam, Otofriends bisa menggunakan posisi D2. Jika semakin curam, bisa pindahkan lagi posisi D1. Posisi D1 pada mobil matik ibarat posisi gigi 1 pada mobil manual. Posisi D1 ini juga bisa digunakan ketika terjebak macet di tanjakan.
Menginjak pedal gas terlalu dalam saat menanjak hanya akan membuat mobil kehilangan tenaga. Hal itu terjadi karena sistem transmisi atau ECU membaca torsi sudah maksimal. Justru transmisi akan bertahan di posisi gigi yang tinggi.
Injak gas secukupnya sampai mobil mendapat torsi yang cukup untuk berjalan. Memang butuh sedikit latihan terlebih dahulu agar mendapat perkiraan yang tepat.
Saat memindahkan tuas posisi D ke D1 atau D2, Otofriends tidak perlu menginjak rem. Cukup tekan tombol pada tuas persneling untuk memindahkan gigi.
Ketika mobil membutuhkan torsi, lepaskan pedal gas dan langsung pindahkan transmisi secara bertahap, sampai D1 atau L. Setelah masuk gigi, baru injak gas untuk mendapatkan tenaga.
Jika tidak menginjak rem kaki, maka persneling boleh di posisi Netral dan tarik rem tangan jika berhenti cukup lama. Tapi jangan menahan pedal gas, karena akan membuat usia pakai transmisi matic jadi lebih singkat.
Kalau pedal gas ditahan, clutch atau kampas kopling girboks transmisi otomatis rentan mengalami slip karena dipaksa menempel dengan posisi menahan bobot mobil terdorong ke belakang.
Seandainya Otofriends takut mobil akan mundur saat menanjak, cukup gunakan rem parkir. Posisi tuas boleh tetap di D agar bisa bersiap-siap jalan.
Menahan rem sambil posisi tuas di D tidak akan memicu kerusakan. Sebab saat direm, tenaga dari tekanan oli terputus di torque converter sehingga tidak memaksa clutch atau gir di dalam girboks bergerak
Ada tanjakan, pasti ada turunan. Karena itu cara mengemudinya harus dilatih juga.
Gunakan gigi rendah saat melaju di turunan. Rem digunakan untuk menahan beban dan menghentikan laju mobil yang tidak dibantu dari mesin (engine brake).
Rem jangan terlalu lama diinjak agar tidak panas. Jika rem panas, maka minyak rem akan mendidih dan uap airnya bisa membuat rem blong.
Pada beberapa tipe mobil matik ada engine brake pada gigi rendah. Bisa di L atau di posisi tuas 2. Cara menggunakannya, cukup pindahkan tuas dari dari D ke 2 atau L.
Harus diingat, engine brake dilakukan pada kecepatan rendah atau tidak lebih dari 30 km/jam agar tidak terlalu laju.
Satu hal yang harus disadari, transmisi otomatis juga punya usia pakai. Masing-masing jenis teknologi punya waktunya sendiri. Sejauh ini yang paling awet adalah matik konvensional dengan masa pakai sampai 8 tahunan. Teknologi matik lain tentu lebih cepat.
Untuk mendapatkan mobil dengan transmisi yang sehat, jangan ragu menggunakan jasa inspeksi mobil bekas Otospector.
Para inspektor yang berpengalaman akan memeriksa kinerja sistem transmisi sehingga bisa diketahui kondisinya secara objektif. Dari hasil laporan inspeksi, calon pembeli akan memiliki gambaran tentang kondisi mobil secara keseluruhan.
Bagikan