Kalau orang di bengkel kita tanya: berapa sebenarnya biaya perbaikan mobil CVT? Maka jawabannya bisa sangat bervariasi. Tak ada angka pasti.
Besaran biaya perbaikan memang sangat tergantung berbagai faktor, seperti jenis mobil, tahun produksi mobil, jenis kerusakan, spare part yang perlu diganti, spare part orisinil atau copotan, dll.
Akan tetapi secara umum biaya perbaikan CVT memang relatif lebih tinggi dibanding transmisi matic konvensional (AT).
Nah, berarti apa saja yang harus kita perhatikan soal biaya perbaikan mobil CVT? Mari kita bahas satu per satu:
Sumber: Liputan6.com
Kelebihan transmisi CVT terutama ada pada perpindahan gigi yang terasa lebih halus dan minim getaran kalau dibanding matic konvensional.
Transmisi ini memang menggunakan putaran pada sabuk (belt) baja untuk mentransfer tenaga mesin ke roda. Sabuk tersambung dengan dua puli, yaitu drive pulley (penggerak) dan driven pulley (yang digerakkan).
Perpindahan transmisi diatur secara elektronik oleh komputer yang menggerakkan kedua puli. Karena sistem yang cukup canggih ini, perawatan CVT harus diperhatikan. Kalau sampai salah perawatan, biaya perbaikan dijamin bakal bikin kantong jebol.
Sumber: MSN.com
Karena transmisi CVT punya desain lebih kompleks, maka perbaikannya butuh keahlian khusus dan harga komponen yang lebih mahal.
Persoalan lain, tidak semua bengkel punya kemampuan memperbaiki transmisi CVT. Bengkel yang sudah berpengalaman biasanya akan mematok harga lebih tinggi.
Jenis kerusakan juga berpengaruh. Apakah hanya sekadar perbaikan ringan, perbaikan kategori berat, atau malah pergantian komponen secara utuh.
Terakhir, tergantung jenis mobilnya. Mobil model terbaru atau premium, tentu biaya perbaikannya akan lebih besar.
Sumber: Kompas.com
Sekali lagi, banyak faktor yang mempengaruhi biaya perbaikan.
Namun sekadar gambaran, pulley Honda Mobilio harganya di Rp3,2 juta. Sedangkan sabuk baja harga Rp1,2 jutaan. Harga ini belum termasuk jasa pasang, dan pelumas CVT.
Kalau kerusakan cukup parah, transmisi harus diganti utuh. Untuk mobil produksi Jepang, harga transmisi kisarannya Rp20 juta – Rp30 juta. Kalau mobil keluaran Eropa tentu harga lebih mahal.
Sedangkan untuk jasa overhaul, pada mobil Jepang berkisar Rp3 juta – Rp5 juta. Sedangkan mobil Eropa bisa sampai Rp7 jutaan.
Jika transmisi utuh dirasa mahal, alternatifnya ada transmisi bekas atau copotan dari Singapura. Gambarannya untuk mobil hatchback atau MPV asal Jepang, harga Rp6 juta hingga Rp15 juta. Harga belum termasuk ongkos pasang berkisar Rp500 ribu – Rp1 jutaan.
Sumber: Auto2000
Menyadari biaya yang cukup mahal, bagi Otofriends pengguna transmisi CVT, tentu harus pandai-pandai merawatnya.
Agar transmisi awet, maka usahakan agar gaya berkendara jangan terlalu agresif. Selain boros BBM, gaya agresif bakal memperpendek usia komponen, termasuk CVT.
Perlakuan agresif ini misalnya sering melakukan kickdown yang membuat CVT kerja lebih berat.
Selain itu perhatikan juga medan yang dilalui sehari-hari, karena CVT sebenarnya bukan untuk medan yang berat. Beban kendaraan juga jangan berlebihan.
Bagi mobil yang bekerja dengan intensitas tinggi, seperti taksi online, pergantian oli transmisi sebaiknya harus lebih cepat dari seharusnya.
Pada dasarnya transmisi matic punya usia pakai yang lebih pendek dibanding mobil transmisi manual. Apalagi transmisi matic dengan jenis CVT seperti yang biasa kita temui pada mobil-mobil model terbaru. Karena itu kita harus memastikan tidak ada kerusakan pada transmisi dan masih bekerja optimal.
Jika Otofriends bermaksud membeli mobil bekas bertransmisi matic, maka jangan ragu untuk memanfaatkan jasa inspeksi mobil bekas Otospector.
Inspeksi mobil yang dilakukan secara cermat oleh tenaga profesional akan memberi Otofriends gambaran menyeluruh tentang sebuah mobil bekas, terutama yang bertransmisi matic. Dengan mengetahui kondisi mobil, maka Otofriends terhindar dari biaya perbaikan yang lebih besar.
Bagikan