Pada mobil dengan merek dan tipe tertentu, ada pabrikan yang membuat dengan produknya dengan dua pilihan, yakni mesin diesel serta mesin bensin. Tentu saja konsumen diuntungkan karena punya lebih banyak pilihan. Sayangnya, keputusan untuk memilih salah satu di antara keduanya kadang didasarkan oleh persepsi yang kurang tepat.
Di pasar otomotif Indonesia, perbandingan antara jumlah mobil bermesin diesel dengan bensin agak sulit dilacak. Apalagi untuk penjualan mobil bekasnya.
Namun mengacu pada kelas mobil penumpang 4×2 dengan mesin 1.500 cc hingga 2.500 cc, mobil dengan mesin diesel mendapat pangsa pasar 59 persen (data 2019). Artinya pada segmen ini saja, penjualan diesel sedikit unggul dibanding mesin bensin.
Nah, agar lebih paham soal mesin diesel, berikut fakta-faktanya:
Persepsi ini sebenarnya datang dari penggunaan biosolar yang masih marak untuk kendaraan pribadi. Harga Biosolar yang saat ini Rp5.150 per liter, bahkan masih lebih murah dibanding harga bensin paling rendah yakni Premium (Rp6.550 per liter). Jika menggunakan solar yang berkualitas, harga Pertamina Dex untuk diesel saat ini juga termasuk tinggi yakni Rp10.200 per liter.
Sebagian pemilik mobil diesel masih menggunakan bahan bakar bersubsidi tersebut karena mesin mobil mereka masih dapat menerimanya. Sebagian mesin diesel yang dipakai saat ini memang masih berstandar emisi Euro 2. Pemberlakuan standar emisi Euro 4 yang lebih ramah lingkungan, baru berlangsung April 2021, itu pun untuk mobil-mobil baru.
Alasan lainnya, bahan bakar solar yang berkualitas tidak selalu tersedia di SPBU. Faktanya, Pertamina Dex saat ini memang hanya tersedia di SPBU wilayah perkotaan itu pun di daerah tertentu saja.
Katanya kelemahan mesin diesel yang utama adalah soal getaran mesin yang sampai ke kabin. Mesin diesel memang berbeda dengan bensin, di mana diesel bekerja tanpa pengapian (busi) melainkan penyemprotan bahan bakar dengan tekanan (kompresi).
Akan tetapi dengan teknologi common rail pada mesin-mesin diesel terbaru, getaran sudah sangat minim. Ditambah lagi dengan teknologi peredaman untuk getaran dan bunyi berfrekuensi rendah dari mesin yang ditanamkan pada dasar-dasar pilar dan doortrim. Hasilnya kabin menjadi relatif lebih tenang.
Hanya saja yang perlu dipahami, senyaman-nyamannya diesel tetap jangan dibandingkan dengan mobil bensin. Namun menariknya, justru sebagian orang – para pencinta diesel – justru merasakan getaran ini sebagai sensasi menggunakan mobil bertorsi besar.
Torsi yang besar memang salah satu keunggulan diesel. Dengan torsi besar maka mesin ini dianggap cocok untuk kebutuhan torsi tinggi, seperti truk, SUV atau Pick Up. Ibaratnya, inilah mobil untuk pekerjaan-pekerjaan yang butuh ketangguhan dan tenaga besar. Termasuk mobil-mobil penumpang yang sering menanjak di dataran tinggi.
Akan tetapi konsekuensi dari besarnya torsi adalah akselerasi lebih lambat karena putaran mesin cenderung lebih kecil. Perbandingannya, putaran mesin diesel 500 – 3.000 rpm, sementara bensin 1.500 – 10.000 rpm.
Dengan bermain putaran bawah tersebut, maka untuk mencapai kecepatan yang diinginkan, butuh waktu lebih lama. Contoh, untuk mencapai kecepatan 100 km per jam dari kecepatan 20 km per jam, diesel butuh 25 detik. Sedangkan mobil bensin hanya 10-13 detik.
Karena salah satu dasar perhitungan pajak di Indonesia berdasarkan kubikasi mesin, maka wajar jika pajak tahunan mobil diesel lebih tinggi. Apalagi mobil diesel di Indonesia umumnya berkubikasi di atas 2.000 cc.
Sekadar perbandingan, Toyota Innova tipe V Manual tahun 2019, untuk versi diesel pajaknya Rp4.505.750, sementara diesel Rp4.915.250. Perbedaan tersebut rupanya cukup sensitif bagi sebagian orang sehingga dianggap mahal.
Namun bagi para pencinta diesel, tingginya pajak tersebut terkompensasi oleh biaya perawatan yang lebih murah. Dari penelitian di Universitas Michigan terhadap ribuan kendaraan diesel produksi 2012-2013, perbedaan biaya yang dikeluarkan antara diesel dan bensin ternyata bisa mencapai 2.000-7.000 dollar AS untuk kepemilikan 3-5 tahun.
Pemilik kendaraan umumnya memilih mesin diesel untuk keperluan mobilitas dan tantangan operasional yang tinggi. Karena itu dalam bursa mobil bekas, ada sebagian mobil bermesin diesel yang odometernya cukup tinggi dari rata-rata. Istilahnya mobil capek.
Dengan kondisi seperti itu, maka Otofriends harus benar-benar cermat dalam memilih. Pastikan kondisi mobil dengan menggunakan jasa inspeksi mobil bekas Otospector untuk hasil yang lebih terpercaya.
Bagikan