Sebenarnya apa beda air coolant dengan air biasa? Pertanyaan itu sering muncul, karena memang ada dua golong besar, yaitu pemakai air coolant, dan pemakai air biasa untuk radiator kendaraan mereka.
Masing-masing golongan tentu punya alasan sendiri memilih jenis cairan untuk radiatornya. Yang jelas tujuan mereka sama-sama ingin memastikan suhu mesin tidak terlalu tinggi dan masih dalam batas normal.
Dalam proses kerjanya, cairan radiator memang akan mengalir melalui radiator serta saluran-saluran pada mesin. Kemudian, cairan akan menyerap panas dari komponen-komponen mesin dengan lebih optimal.
Nah, dari proses seperti itu, tentu ada beda air coolant dengan air biasa. Di mana saja? Yuk, kita ikuti pembahasannya satu per satu:
Sumber: Mercedesassistance.com
Seperti kita tahu, coolant punya titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan air biasa.
Semakin tinggi titik didih cairan radiator, akan lebih efektif pula dalam menjaga suhu mesin agar tetap stabil. Terutama pada kondisi lingkungan yang ekstrem atau saat mesin bekerja keras.
Jika titik didih air biasa adalah 100 derajat Celcius, maka titik didih coolant berkisar antara 110 derajat Celcius hingga 130 derajat Celcius.
Titik didih coolant sangat dipengaruhi oleh kandungan ethylene glicol, konsentrasi coolant dengan air, dan tekanan sistem pendinginnya.
Sumber: Detik.com
Coolant punya keunggulan pada masa pakai yang lebih panjang dibanding air biasa.
Umumnya, coolant bisa dipakai antara 2 tahun sampai 5 tahun atau 40.000-80.000 km. Walau ada juga yang lebih dari itu, bahkan sampai 10 tahun.
Faktor yang mempengaruhi usia coolant antara lain dari jenis dan kualitasnya. Coolant organik biasanya punya usia pakai lebih lama dibanding coolant anorganik.
Coolant organik memakai teknologi organik (Organic Acid Technology/OAT) sebagai dasar formulanya. Sedangkan coolant konvensional menggunakan bahan kimia anorganik seperti silikat, fosfat, dan nitrit
Sementara itu, penggunaan air biasa akan cenderung terus berkurang seiring penguapan akibat panas dari mesin.
Sumber: Gridoto.co.id
Selain ethylene glicol, coolant punya kandungan anti-korosi yang mencegah radiator berkarat dalam jangka waktu lama.
Sedangkan air biasa tentu saja rawan menimbulkan karat. Padahal kalau radiator sudah karatan dan bocor, maka tidak akan efektif mencegah kenaikan suhu.
Coolant juga mengandung antibusa. Busa yang terbentuk di dalam sistem pendingin bisa mengganggu sirkulasi coolant. Efisiensi pendinginan juga ikut berkurang.
Sumber: Bengkelmobilojc.com
Air coolant akan lebih meningkatkan performa radiator dibanding air biasa.
Indikasinya bisa dilihat dari suhu mesin yang stabil akan membuat kinerja mesin jadi lebih optimal. Kalau mesin terlalu panas atau malah terlalu dingin, efisiensi dan dayanya akan berkurang.
Dengan mencegah overheat, artinya coolant juga mencegah kerusakan berbagai komponen mesin. Kalau sampai rusak, tentu saja biayanya tidak murah.
Terakhir, karena mesin bekerja pada suhu optimal, maka konsumsi bahan bakarnya juga lebih efisien.
Bisa saja, asalkan kita sudah memastikan bahwa penggunaan air biasa sebelumnya tidak menimbulkan karat. Indikasinya bisa terlihat dari kondisi air di dalam radiator yang masih bening.
Perlu juga dipastikan, pada saat proses sirkulasi untuk membersihkan radiator, tidak ada karat yang muncul. Karena air coolant mengandung antikarat, maka biasanya cairan ini justru akan mengangkat karat yang sudah ada.
Jika Otofriends ingin memastikan sistem pendingin mobil bekas masih bekerja dengan benar, jangan ragu untuk memanfaatkan jasa inspeksi mobil bekas Otospector.
Dengan melakukan Inspeksi mobil secara cermat dan dilakukan oleh tenaga profesional, maka Otofriends akan mendapat gambaran menyeluruh tentang sebuah mobil bekas.
Bagikan