Seringkali orang tidak menyadari, selain menunjang kenyamanan, shockbreaker mobil juga berperan besar dalam keselamatan berkendara. Sebab kondisi shockbreaker pada dasarnya juga berpengaruh pada pengendalian (handling) saat mobil berjalan. Jadi kalau komponen ini bermasalah, risiko kecelakaan juga akan membesar.
Istilah shockbreaker sendiri masih terlalu umum. Komponen ini sebenarnya ada dua jenis yakni shock absorber dan strut. Shock absorber biasanya kita lihat dipasang pada roda belakang. Sedangkan strut yang menyatukan shock absorber dengan pegas (per) dipasang di roda depan.
Agar Otofriends lebih menyadari fungsi shockbreaker mobil, mari kita lihat 5 ciri-ciri shock depan mobil rusak:
Gejala ini paling mudah terlihat, karena secara kasat mata tampak level mobil posisinya tidak rata atau miring ke salah satu sisi.
Cara memastikannya adalah dengan memarkir mobil di tempat rata. Jika jarak antara ban dan spakbor di setiap roda berbeda-beda, itu tanda kalau ada salah satu shockbreaker yang lemah.
Kondisi ini biasanya terjadi akibat shockbreaker yang meredam hantaman keras berkali-kali. Kerusakan jalan di Indonesia yang umumnya terjadi di lajur jalan sisi kiri, membuat kerusakan juga cenderung terjadi di shockbreaker pada sisi kiri mobil.
Gejala yang juga masih bisa terlihat adalah kondisi keausan ban yang tidak rata. Aus bisa terjadi pada sisi dalam atau luar. Bisa di salah satu ban atau beberapa ban.
Keausan yang tidak rata ini bisa terjadi karena lemahnya shockbreaker atau setelan kaki-kaki keseluruhan yang kurang pas. Kalau bagian dalam ban yang cepat aus, artinya posisi bawah ban cenderung ke arah luar atau kondisi ini disebut chamber negatif. Begitu pula sebaliknya dengan kondisi chamber positif.
Pengecekan bisa dilakukan dengan spooring. Jika memang keausan ban sudah sangat parah, maka sebaiknya ban sekalian diganti.
Kebocoran shockbreaker jelas terlihat dari fisiknya di mana ada cairan merembes dan biasanya ada kotoran menempel. Tentu saja kebocoran hanya terjadi pada jenis shockbreaker dengan fluida cairan atau oli.
Kebocoran bisa karena beragam sebab. Antara lain upper mounting yang tidak terpasang sempurna, kotoran yang merobek karet seal, beban yang berlebihan atau jalan rusak, ban yang aus sehingga mobil sulit menjaga keseimbangan saat berbelok, atau memaksakan setir berputar saat berbelok.
Jika problemnya pada seal, Otofriends cukup mengganti seal sekaligus isi ulang olinya. Tapi jika penyebabnya dinding tabung yang tergores, sebaiknya ganti shockbreaker.
Gejala ini hanya bisa dirasakan jika mobil dikendarai. Saat melewati jalan bergelombang atau tidak rata, mobil terasa berayun kiri-kanan dan butuh waktu lama untuk kembali stabil.
Otofriends bisa mengetesnya di polisi tidur dalam kecepatan rendah. Kalau setelah melewati polisi tidur mobil berayun sampai tiga kali, artinya shockbreaker kurang bisa meredam guncangan.
Saat mobil dikendarai dengan kecepatan tinggi lain lagi akibatnya. Mobil yang mengayun-ayun menyebabkan mobil sulit dikendalikan. Pengemudi akhirnya jadi merasa kurang pede atau malah bisa celaka.
Gejalanya terasa saat mobil berjalan dan muncul bunyi-bunyian tidak wajar dari arah kaki-kaki, terutama saat roda menghantam jalan tidak rata. Bunyinya seperti “jeduk… jeduk…” atau “gluduk… gluduk…” Tergantung telinga masing-masing sih.
Ada kemungkinan bunyi itu berasal dari shockbreaker. Penyebabnya antara lain karet support yang rusak, piston shockbreaker yang menyentuh dasar akibat oli yang kurang (bocor), rusaknya bushing lower arm, atau bushing stabilizer tidak berfungsi.
Sumber bunyi harus dipastikan benar, karena di luar shockbreaker masih ada komponen lain yang jadi penyebab. Misalnya bush stabilizer yang aus, ball joint pada lower arm sudah rusak, tie rod atau long tie rod sudah goyang, serta bushing lower arm sudah pecah.
Otofriends perlu menyadari bahwa shockbreaker mobil selalu bekerja setiap waktu karena terus menahan bobot kendaraan, baik saat berhenti maupun berjalan. Karena itu wajar jika shockbreaker akan rusak seiring usia, di samping pemakaian tentunya.
Pada mobil yang jarang digunakan atau selalu melewati jalanan mulus, usia shockbreaker bisa mencapai 10 tahun. Namun jika digunakan normal dalam berbagai kondisi jalan, usianya hanya sekitar 5 tahunan.
Begitu pula pada mobil bekas, kondisi shockbreaker juga tidak bisa dipastikan. Kecuali jika diadakan pemeriksaan secara khusus atau dilakukan test drive.
Nah, agar kondisinya dapat diketahui pasti, Otofriends jangan ragu untuk mempergunakan jasa inspeksi mobil bekas Otospector untuk memeriksa mobil bekas pilihan Anda.
Bagikan