Kita semua tentu+ tahu tentang peran busi di dalam proses pembakaran. Karena fungsinya yang begitu vital tersebut, maka busi punya usia pakai. Bahkan pada saat fungsinya terkesan masih optimal sekalipun, busi sudah harus diganti jika memang sudah waktunya.
Nah, mari kita simak beberapa fakta agar lebih mengenal fungsi busi dalam sebuah mesin kendaraan.
Pergantian sebuah busi selalu didasari atas dua faktor yakni jarak tempuh pemakaian dan tingkat kerusakan. Dua faktor ini sesungguhnya saling terkait satu sama lain.
Berbeda dengan pelumas, busi tidak dipengaruhi waktu. Jika mesin didiamkan lama atau tidak bekerja, busi tidak mengalami perubahan. Menurut penelitian, setiap jenis busi menentukan usia pemakaian. Setiap jenis berbeda usia dan masa pakainya.
Saat ini terdapat tiga jenis busi yang beredar yakni busi tanpa logam mulia, busi logam mulia tunggal, dan busi logam mulia ganda. Tingkat keausan dari masing-masing jenis berbeda-beda.
Apa sebenarnya pengertian keausan? Kepala busi yang berada dalam ruang pembakaran dilengkapi dua elektroda, yaitu elektroda pusat dan elektroda ground. Dua ujung busi itu berfungsi menghasilkan percikan listrik untuk memulai proses pembakaran dalam blok silinder.
Busi dikatakan aus jika celah antar-elektroda semakin renggang akibat pengikisan.
Pada mobil, celah normal dua elektroda berjarak 0,8-0,9 mm. Bila melebihi batas, misalnya dari 0,8 mm menjadi 1 mm, maka busi harus diganti. Celah yang lebar membuat lompatan arus jadi sulit. Semakin jauh jaraknya, suplai tegangan listrik yang dibutuhkan lebih besar.
Jika kondisi keausan dibiarkan, maka akan terjadi berbagai kendala. Contoh komponen kelistrikan rusak, idle mesin tak stabil, akselerasi turun, sulit distarter hingga konsumsi bahan bakar meningkat.
Dalam perhitungan pemakaian per kilometer, busi tanpa logam mulia adalah yang terendah. Sebenarnya busi jenis ini sudah tidak populer lantaran kedua elektrodanya adalah nikel yang tingkat keausannya tinggi. Apalagi mengingat mesin-mesin saat ini umumnya berkompresi tinggi. Pergantiannya setiap 20.000 km.
Pada busi logam mulia tunggal, elektroda pusatnya menggunakan iridium atau platinum, pada bagian elektroda pusatnya. Busi semacam ini umumnya digunakan untuk keperluan modifikasi dalam rangka mendongkrak performa.
Dalam hal modifikasi, kilometer pemakaiannya sangat berbeda-beda. Sebab mobil yang dimodifikasi punya kondisi mesin bervariasi. Setiap kondisi mesin mempengaruhi kinerja busi itu sendiri.
Dalam hal durabilitas, antara busi logam mulia dengan yang standar hasilnya sama. Sedangkan pada busi logam mulia ganda, masa pakainya lebih lama yakni sekitar 100.000 km. Kedua elektroda yang dipakai cukup kuat menahan pengikisan sehingga masa pakainya lebih awet.
Demikian secuplik peran busi dalam proses pembakaran di mesin. Dengan busi yang sesuai dengan peruntukannya, maka performa mesin jadi semakin optimal dan lebih awet.
Namun jangan lupa, meski ada perhitungan “resmi” tentang usia pakai, tidak menutup kemungkinan busi bisa bermasalah di tengah jalan. Karena itu, busi juga perlu perhatian khusus agar tetap awet dalam pemakaian.
Bagikan