Siapapun orangnya, jika mendengar tentang jumlah biaya turun mesin mobil, dijamin bakal langsung pusing kepala. Bukan cuma karena biaya perbaikan di sektor ini umumnya terbilang besar, namun juga karena jumlahnya tidak bisa diduga. Tergantung seberapa parah kerusakan yang celakanya kadang baru bisa diketahui setelah mesin dibongkar.
Saat ini biaya turun mesin mobil merek Jepang berkisar antara Rp2 juta sampai Rp5 juta. Sementara mobil merek Eropa, lebih mahal lagi. Dan itupun baru biaya “turunnya” saja. Kalau ada komponen yang perlu diganti, biaya akan terus membengkak tergantung yang dikerjakan.
Agar biaya turun mesin mobil tidak bertambah besar, kuncinya pada mengantisipasi kerusakan yang berpotensi menyebabkan mesin harus dibongkar. Berikut ini 7 kerusakan yang sering berakibat pada turun mesin:
Ciri-cirinya, suhu mesin naik secara tiba-tiba, padahal mobil sedang dikendarai secara wajar. Akibatnya bisa timbul kerusakan seperti kepala silinder melengkung, oli tercampur air, oli kering, radiator kering, dan berbagai gangguan lain.
Penyebab overheat umumnya dari seputar sistem pendinginan. Baik pada radiator maupun sistem sirkulasi yang menyebabkan air radiator habis. Problem juga bisa karena air radiator bocor, tutup radiator tidak sesuai, atau kipas radiator mati.
Kalau gara-gara masalah ini komponen di dalam mesin telanjur rusak, mobil harus turun mesin dengan membongkar silinder head dan dilakukan perataan.
Kondisi ini umumnya terjadi pada musim hujan sehingga mobil terjebak atau berusaha menembus banjir. Air di sekitar mobil kemudian menyelinap masuk sampai ke ruang bakar.
Air yang masuk ke ruang bakar tidak bisa dikompresi bersama bahan bakar. Akibatnya justru air akan membuat tekanan, sehingga piston dan kepala silinder bengkok, blok mesin retak, dan akhirnya mesin tidak bisa menyala sama sekali.
Kondisi yang disebut water hammer ini bukan cuma akibat banjir saja. Bercampurnya bensin dengan air karena sebab tertentu (misalnya saat cuci mobil) juga bisa berakibat sama.
Karena berbagai penyebab, misalnya kebocoran radiator, oli mesin bisa saja tercampur air. Warna oli jadi kecoklatan, seperti susu coklat. Akibatnya silinder head bisa korosi (karat), kacaunya sistem sirkulasi, hingga terbentuknya busa pada mesin. Kalau sudah begini, oli harus dikuras dengan cara turun mesin.
Masalah pada pelumasan juga bisa terlihat dari volume oli yang selalu berkurang. Kita bisa mengetahuinya dari pemeriksaan deep stick oil secara rutin. Jika kejadian ini terus berulang, maka harus dicari penyebabnya antara lain dengan turun mesin.
Perhatikan juga indikator oli pada dashboard. Jika terjadi masalah pada pelumasan, maka lampu indikator akan menyala. Penyebabnya bisa karena kurangnya tekanan atau buruknya sirkulasi oli akibat ada sumbatan atau karena pompa oli yang rusak.
Timing belt adalah penghubung antara crank shaft (poros engkol) dengan cam shaft (poros nok). Andai timing belt putus, maka piston dan katup-katupnya bertubrukan. Seketika mesin tidak bisa bekerja lagi.
Usia pakai timing belt sebenarnya bisa 80.000 – 120.000 km. Namun daya tahannya bisa berkurang karena salah pemasangan sehingga terlalu kencang atau kendur, beban kerja yang tinggi, atau gara-gara terkena oli.
Karena itulah saat ke servis rutin di bengkel kondisi timing belt harus selalu dikontrol untuk melihat apakah ada keretakan, gerigi yang terkikis, atau penurunan ketegangan belt.
Asap putih sebenarnya berasal oli yang bocor masuk ke ruang bakar dan busi yang ikut terbakar. Kebocoran oli bisa disebabkan gasket bocor, klep bocor, silinder mesin aus, atau ada retakan di dinding silinder.
Akibat dari kondisi ini, oli berkurang secara signifikan. Dampaknya menjalar pada komponen lain seperti seperti silinder head, piston, packing head, bore silinder, serta seal valve.
Waspada jika pada pagi hari mobil sulit dihidupkan, karena bisa merupakan tanda-tanda bocornya oli.
Berkurangnya air radiator bisa terlihat saat mobil distarter kemudian air berkurang drastis atau menyembur. Kerusakan bisa terjadi pada silinder head, silinder gasket, atau adanya kebocoran pada radiator, mesin, maupun waterpump.
Adanya minyak pada air radiator juga bisa berakibat turun mesin. Penyebabnya bisa karena silinder head berkarat sehingga timbul beberapa lubang. Kemudian oli masuk ke dalam saluran air atau air yang masuk ke ruang kompresi.
Solusi sederhananya adalah mengganti silinder head. Tapi kalau oli sudah berwarna kecoklatan, terpaksa harus turun mesin.
Ada perbedaan bunyi yang muncul antara mesin diesel dengan mesin bensin. Mesin diesel memang cenderung lebih kasar. Namun kalau kedua mesin itu semakin hari terasa semakin kasar, tentu harus diwaspadai.
Jika penyebabnya adalah pulley di depan mesin atau karena timing chain, maka tidak perlu turun mesin. Namun jika ternyata keduanya ada dalam kondisi baik, maka harus turun mesin untuk memastikan penyebab yang lain.
Setidaknya ada empat penyebab mesin terdengar kasar. Yaitu kurangnya oli pada mesin, bunyi dari kompresor AC, bunyi dari sejumlah bearing, atau bunyi dari tali kipas. Penyebab pertamalah yang biasanya membutuhkan penanganan lebih serius dan makan biaya.
Seiring usia dan pemakaian, secara alamiah mobil sebenarnya perlu turun mesin untuk mengganti beberapa komponen yang sudah aus. Pendapat umum dari para mekanik, pada jarak tempuh 150.000 km mesin perlu dibongkar. Akan tetapi waktunya bisa lebih cepat jika pemilik lalai servis rutin.
Untuk memastikan kondisi mobil bekas yang ditawarkan kepada Otofriends, maka jangan ragu untuk memanfaatkan jasa inspeksi mobil bekas Otospector.
Dengan prosedur pemeriksaan yang standar dan tenaga inspektor profesional, Otofriends bisa mendapat gambaran menyeluruh tentang kondisi sebuah mobil, tanpa repot-repot memeriksa sendiri. Dari laporan hasil inspeksi yang akan didapat, Otofriends juga bisa mengambil keputusan yang tepat.
Bagikan