Tak salah kalau dikatakan Ford Everest bekas selalu punya tempat tersendiri di kalangan para peminat SUV di Indonesia. Dengan ketangguhan ala mobil mid sized SUV, harga Everest jauh di bawah SUV lain, terutama SUV urban asal Jepang yang menjadi rival beratnya.
Di antara tiga generasi, Ford Everest generasi kedua, produksi tahun 2007 – 2015 adalah paling menarik saat ini. Harganya terjangkau yaitu antara Rp100 juta – Rp180 jutaan, atau termurah di kelasnya. Kenyataan ini membuat para peminat SUV dengan budget terbatas, dapat mewujudkan impiannya.
Nah, sebelum meminang Ford Everest, mari kita simak 7 catatan Otospector tentang SUV berdarah Amerika ini:
Kehadiran Ford Everest generasi kedua ditandai dengan pemakaian mesin 2.5L Duratorq TDCI (Turbodiesel Commonrail), menggantikan 2.5L TDI (Turbodiesel Direct Injection) atau diesel konvensional pada generasi pertama.
Perubahan ini menghasilkan peningkatan tenaga yakni 142 Hp dengan torsi puncak 330 Nm (semula 110 Hp dan 268 Nm). Semua itu berkat modifikasi baling-baling pada kipas turbonya yang disebut Variable Geometry Turbo (VGT). Teknologi commonrail juga dianggap mampu meminimalisir getaran dan bunyi mesin diesel.
Perubahan mesin ini juga mampu memaksimalkan kenyamanan di dalam kabin. Getaran khas mesin diesel terasa semakin terasa halus, apalagi ditunjang peredaman kabin yang semakin baik.
Perubahan mesin memang membuat kemampuan untuk mengonsumsi solar berkualitas rendah jadi sangat terbatas. Pada sistem commonrail, penggunaan solar biasa (biosolar) berpotensi menyumbat injektor.
Namun rupanya bagi sebagian orang kenyataan ini tetap tidak menghalangi mereka untuk tetap menggunakan solar biasa dengan pertimbangan faktor ekonomis. Hanya saja konsekuensinya harus sering ganti filter serta tenaga kurang optimal.
Menariknya, dengan perubahan mesin, Everest tetap tercatat sebagai SUV paling irit di kelasnya. Konsumsi BBM-nya 10-14 km per liter untuk luar kota, dan 9-10 km per liter untuk perkotaan. Tentu angka ini terasa istimewa untuk sebuah mobil berkapasitas mesin 2.500 cc.
Hadir dengan dimensi panjang 5.009 mm, lebar 1.804 mm, dan tinggi 1.835 mm, Everest adalah SUV terpanjang di Indonesia saat ini.
Dengan aksen mengkotak (boxy), desain bodinya jadi terlihat sangat konservatif, namun justru terkesan tangguh dan maskulin. Karakternya beda dengan urban SUV dari pabrikan Jepang seperti Pajero Sport atau Toyota Fortuner.
Bagi sebagian orang, desain bodi Everest yang kaku ini justu terasa menarik karena mencerminkan karakter SUV asal Amerika. Mereka lantas membandingkannya dengan SUV asal Inggris, Range Rover.
Ciri bodi Everest generasi kedua adalah warna yang single tone yaitu warna bodi senada dengan warna side-moulding, overfender, bumper depan dan belakang. Perubahan tampilan ini membawa kesan modern dibanding generasi sebelumnya.
Nuansa interior di dalam kabin Everest memang terkesan klasik, jika tidak bisa disebut cukup sederhana. Ini terlihat dari desain panel-panel pada area dashboard dan tuas-tuasnya. Kualitas materialnya juga tergolong biasa saja. Tampilannya mirip kabin Isuzu Panther.
Namun menariknya, lagi-lagi para pecinta mobil ini memakluminya, lantaran dianggap mewakili ciri khas brand Amerika.
Dimensi kabin yang besar tentu menyediakan ruang kabin yang amat lega. Diisi tujuh orang dewasa sekalipun, masing-masing tetap mendapat legroom dan headroom yang cukup luas.
Perjalanan jarak jauh semakin menyenangkan dengan sistem pendingin udara yang tersedia hingga baris ketiga.
Salah satu isu pada Everest yang tidak bisa diabaikan adalah ketiadaan APM dari Ford yang sudah gulung tikar sejak 2016.
Namun untuk urusan servis tetap ada sejumlah bengkel spesialis Ford yang tersebar di beberapa kota besar, terutama di sekitar Jabodetabek.
Kenyataannya, sebagian besar pemilik Ford Everest ternyata tidak takut soal isu spare part. Karena selain banyak alternatif dari produk-produk aftermarket, ada pula spare part substitusi dari sesama produk Ford, seperti Ford Ranger yang populasinya juga cukup banyak .
Bahkan beberapa spare part seperti filter solar, filter oli, atau filter udara, ternyata bisa disubstitusikan dengan beberapa merek lain seperti Toyota Innova. Harga tentu saja jauh lebih murah.
Di Indonesia Ford Everest tersedia empat varian yakni XLT 4×2(A/T), XLT 4×2 (M/T), Ltd 4×2 (A/T), serta 10-S 4×4 (M/T).
Bagi penggemar off-road, adanya pilihan penggerak 4×4 tentu terasa menarik. Apalagi Everest sudah terbukti andal saat digunakan di kawasan pedalaman seperti Sumatra, Kalimantan, sampai Papua.
Manariknya, Ford Everest bekas pertambangan ini harga jualnya bisa lebih rendah dari pasaran, mungkin karena dianggap mobil yang sudah “disiksa”. Di sinilah Otofriends tinggal memilih unit yang masih layak untuk dibangun ulang.
Di pasaran, saat ini Ford Everest generasi kedua ditawarkan pada rentang harga Rp110 juta sampai Rp180 juta. Harga ini terendah di kelas mid sized SUV yang saat ini jadi salah satu pilihan favorit konsumen kelas menengah di Indonesia.
Sebagai perbandingan, Toyota Fortuner produksi 2007 – 2015 dijual Rp180 juta sampai Rp310 juta. Sementara Pajero Sport produksi 2009 – 2015 dijual Rp190 juta sampai Rp290 juta.
Sebagai SUV yang dikenal tangguh, tentu Ford Everest seringkali harus menghadapi berbagai tugas yang tidak ringan. Sebagian unit bahkan mungkin pernah dioperasikan di daerah pedalaman di mana infrastruktur jalan masih sangat minim.
Karena itu Otofriends harus memastikan beberapa sektor seperti mesin, transmisi, dan kaki-kaki ada dalam kondisi layak. Apalagi Ford Everest generasi kedua ini semua sudah berusia lebih dari 5 tahun.
Nah, untuk urusan yang tidak sederhana ini, Otofriends jangan ragu untuk memanfaatkan jasa inspeksi mobil bekas Otospector. Dengan standar inspeksi profesional dan inspektor yang andal, Otofriends akan bisa lebih memastikan kondisi mobil yang hendak dibeli.
Bagikan