Mobil listrik murah harga 200 juta – 500 juta memang sekadar istilah. Lebih pasnya, mobil listrik untuk segmen pemula alias entry level.
Dari sisi harga, jelas mobil listrik di segmen ini jelas tidak murah. Harga masih berkisar antara Rp200 juta sampai Rp500 juta.
Dengan harga yang relatif terjangkau di industri mobil listrik dan permintaan yang cukup tinggi, maka wajar kalau persaingan di segmen ini sangat kompetitif.
Beberapa brand ternama, terutama dari China, meramaikan persaingan di segmen ini dengan produk-produk andalannya. Meski tidak semua mencatat keberhasilan.
Apa saja fakta yang perlu kita ketahui dari kompetisi di mobil listrik murah harga 200 juta – 500 juta? Yuk, kita lihat:
Sumber: Kabare Solo
Mobil listrik murah harga 200 juta – 500 juta kabarnya menjadi segmen yang paling hangat dalam industri mobil listrik di Indonesia.
Sejauh ini, di segmen tersebut ada Wuling Air EV yang dijual di harga Rp184 juta – Rp252 juta.
Menurut pengamat otomotif, Yannes Martinus Pasaribu, seperti dikutip Kontan.id, sementara ini penjualan Wuling Air EV menguasi 50 persen pangsa pasar.
Sumber: Carvaganza
Terus meningkatnya jumlah penjualan mobil listrik di Indonesia, telah memancing sejumlah brand untuk mencari peruntungan di segmen pemula.
Menurut data dari berbagai sumber, setidaknya saat ini sudah ada 10 APM di Indonesia yang punya produk di segmen mobil listrik murah harga 200 juta – 500 juta.
Brand itu antara lain: Wuling, BYD, Neta, Chery, MG, AION, Polytron, Citroen, GWM, dan DFSK.
Sumber: Carvaganza
Wuling : Air EV (Rp184 juta – Rp252 juta), Wuling BinguoEV (Rp279 juta – Rp332 juta), Wuling Cloud EV (Rp365 juta – Rp404 juta).
MG : MG 4 EV (Rp405 juta – Rp419 juta), MG ZS EV (Rp417 juta).
BYD : BYD Dolphin (Rp369 juta – Rp429 juta), BYD M6 (Rp383 juta – Rp433 juta), BYD Atto 3 Standard Range (Rp390 juta), BYD Atto 1 (Rp195 juta – Rp235 juta).
Neta : Neta V-II (Rp299 juta), Neta X (Rp428 juta).
Chery : Chery Omoda E5 (Rp369 juta – Rp399 juta).
AION : AION UT (Rp330 juta)
Citroen : Citroen E-C3 (Rp377 juta)
GWM : GWM Ora 3 (Rp379 juta)
DFSK : DFSK Seres 3 (Rp370 juta – Rp389 juta)
Polytron : Polytron G3+ (Rp459 juta), Polytron G3 (Rp419 juta)
Sumber: Kompas.com
Kepada media, Yannes menilai kendala dari meningkatnya pemakaian mobil listrik adalah soal ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Faktanya, SPKLU masih belum memadai. Bahkan di kawasan metropolitan seperti Jabodetabek.
“Tantangan utamanya ada di biaya investasi untuk SPKLU fast charging yang relatif tinggi, sehingga mayoritas pengguna (sekitar 80%) masih mengandalkan pengisian daya di rumah,” jelas Yannes seperti dikutip Kontan.
Persaingan di kalangan brand mobil listrik, memang memicu penurunan harga mobil baru di segmen tertentu. Belakangan yang banyak terjadi adalah di segmen 200 juta – 500 juta. Namun sulit diprediksi apakah harga ini akan terus stabil atau akan naik lagi suatu saat nanti.
Begitu pula dengan mobil listrik bekas. Masalahnya, saat ini tidak ada patokan harga yang pasti, karena memang unit yang ditawarkan di pasaran mobil bekas, masih terbatas. Pedagang juga sulit memperkirakan harga mobil listrik bekas di masa depan.
Sebelum membeli, Otofriends juga harus memastikan kondisi mobil bekas dengan memakai jasa inspeksi mobil bekas Otospector.
Biar semakin aman, sekalian juga dapatkan garansi mobil bekas dari Otospector yang menjamin mobil kerusakan saat pemakaian sehari-hari nantinya.
Bagikan