Banyak orang mengira AC mobil akan terus bekerja sepanjang masa, sehingga mereka tak merasa perlu melakukan servis AC mobil berkala.
Padahal, pemeliharaan AC seharusnya rutin dilakukan setidaknya setiap 10.000 km (6 bulan), 20.000 km (1 tahun), serta 40.000 km (2 tahun). Di dalam tiap tahapan, ada pekerjaan penyegaran, pemeliharaan sampai pergantian part sekiranya ada yang aus atau rusak.
Lalai dalam merawat rutin AC, risikonya bisa timbul masalah mendadak. Misalnya tiba-tiba AC tidak dingin, embusan angin lemah, timbul bunyi-bunyian, atau malah mati sama sekali. Kalau sudah bermasalah seperti ini, biaya servis jadi sangat besar.
Saat servis AC mobil, Otofriends memang tidak akan ikut turun tangan sendiri. Tapi ada baiknya kita tahu beberapa hal menyangkut sistem kerja dan komponen di dalam AC mobil berikut ini:
Banyak orang penasaran beda AC rumah dengan AC mobil. Kalau soal struktur kerjanya, memang sama. Bedanya pada kapasitas saja, karena luas ruangan atau kabin yang disasar juga berbeda.
Perbedaan juga ada pada putaran kompresor. Pada AC mobil sifatnya lebih dinamis karena mengikuti putaran mesin (RPM) mobil. Semakin cepat putaran mesin, kompresor bekerja lebih cepat sehingga kabin lebih cepat dingin. Sedangkan kompresor AC rumah sifatnya statis, mengikuti pengaturan yang dipilih.
Mekanisme kerja AC dimulai dari kompresor yang menyedot freon dalam tekanan rendah, kemudian memompanya menjadi gas tekanan tinggi menuju kondensor. Di kondensor, gas yang juga bersuhu tinggi itu mengalami kondensasi hingga berubah cair.
Cairan hasil kondensasi kemudian disaring oleh receiving dryer sehingga kotoran-kotoran akan tertinggal. Cairan bersih lalu disalurkan ke expansion valve di mana suhu freon akan diturunkan jadi dingin. Evaporator dibantu dengan blower akan mengembuskan suhu dingin ke dalam kabin mobil melalui kisi-kisi AC.
Freon dingin di evaporator kemudian diisap lagi oleh kompresor untuk diubah menjadi tekanan tinggi dan suhu panas kembali. Proses kembali dari awal dan terus berulang.
Dari mekanisme kerja AC di atas, jelas keberadaan kompresor jadi sangat penting. Ibaratnya, “jantung” dalam tubuh manusia, kompresor mengisap dan menekan freon agar bersirkulasi.
Menurut mekanisme kerjanya, kompresor terbagi dua jenis yaitu yang bekerja menggunakan piston di dalam silinder kompresor (kompresor piston), serta yang menggunakan gerakan rotor dari dalam stator kompresor (kompresor rotari).
Kompresor piston bekerja lebih ringan sehingga tidak membebani mesin dan irit bahan bakar. Karena itulah kompresor ini banyak dipakai pada mobil-mobil terbaru, bahkan mobil LCGC sekalipun.
Kalau berdasarkan mereknya, ada beberapa merek kompresor yang biasa digunakan di Indonesia seperti Denso, Sanden, Keihin, Behr, Delphi, dll.
Merek-merek mobil Jepang yang populer seperti Toyota, Honda, Suzuki, Daihatsu, dll. biasanya menggunakan Denso dan Sanden. Karena banyak digunakan, maka spare part-nya juga melimpah, harganya juga menjadi relatif murah.
Jika ada “jantung” pada AC, maka “darahnya” adalah freon. Freon menjadi fluida yang digunakan untuk menyerap panas dari udara pada ruangan kabin, sehingga suhunya menjadi rendah atau dingin. Karena itu freon terus bersirkulasi, diisap dan disalurkan.
Setidaknya ada 3 jenis freon yang lazim dipakai di Indonesia yakni R-12, R-22, dan R-134 A. Dua jenis freon yang pertama yaitu R-12 dan R-22 biasanya dipakai untuk mobil-mobil produksi di bawah tahun 1995. Namun dua freon tersebut tidak ramah lingkungan sehingga sudah ditinggalkan.
Saat ini pabrikan otomotif lazim menggunakan freon jenis R-134A. Selain tidak merusak lapisan ozon karena tidak mengandung unsur chloro, freon tidak menyebabkan korosi dan struktur kimianya stabil.
Yang perlu dipahami, freon R-134A dibuat dari bahan yang berbeda dengan freon R-12 atau R-22. Sehingga masing-masing tidak bisa dicampur atau ditambahkan jika berkurang.
Karena fungsinya yang vital, kita wajib memperhatikan kinerja kompresor. Alat ini biasanya rusak karena berbagai persoalan, seperti kompresor macet, magnetic clutch rusak, elektrik rusak, atau gangguan pada sensor-sensor. Indikasinya terasa pada AC yang terasa panas.
Seiring pemakaian, oli pada kompresor akan bersifat semakin asam. Akibatnya bisa mengakibatkan korosi dari dalam, bisa di pipa, evaporator, atau kondensator. Tingkat kerusakan oli bisa terlihat dari warnanya. Karena itu oli harus diganti saat servis AC mobil tahunan atau 20.000 km.
Perawatan kompresor mutlak diperlukan, karena jika rusak biaya servisnya cukup lumayan. Apalagi kalau sampai perlu ganti kompresor. Harga kompresor mobil buatan Jepang saat ini berkisar antara Rp1,5 juta sampai Rp4 juta.
AC juga bisa bermasalah jika freon bocor. Terjadinya bisa di selang, kompresor, evaporator, atau kondensor.
Sifat freon yang mudah menguap membuat kebocoran agak sulit terdeteksi. Bocor kecil saja bisa menguras semua freon. Apalagi saat AC dinyalakan, biasanya semua terasa bekerja normal. Hanya saja temperaturnya tidak menjadi dingin walau sudah dimaksimalkan.
AC mobil yang bermasalah tentu akan mengganggu kenyamanan saat berkendara serta bisa mengganggu kesehatan. Karena itu sebelum memakai mobil, pastikan dulu kondisi AC bekerja sempurna dengan perawatan berkala.
Nah, bagi Otofriends yang sudah saatnya perlu melakukan perawatan, mobilnya bisa langsung dibawa ke Dokter Mobil, salah satu bengkel rekanan Otospector yang spesialis di servis AC mobil. Selain bisa menangani semua masalah AC mobil seperti tidak dingin atau bau tidak sedap, Dokter Mobil juga bisa melakukan cuci AC, ganti oli mesin dan tune up, jadi Otofriends bisa sekaligus memastikan mobilnya dalam kondisi prima.
Bagikan